Penulis : Christopher Paolini
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Ketujuh, November 2006
Klan
Penunggang Naga dengan naga-naganya, yang senantiasa menjaga ketentraman
kehidupan daratan Alagaesia. Negeri pun mengalami masa kejayaanPenunggang Naga adalah semacam penjaga keamanan di
negara Alagaesia, tempat Eragon tinggal.
Klan Penunggang Naga punah karena salah seorang
berkhianat dan membujuk Penunggang-Penunggang lain mengikuti jejaknya. Sang
pengkhianat bernama Galbatorix, yang sekarang menjadi raja Alagaesia Ia
memerintah dengan kejam, sehingga beberapa orang yang setia pada klan
Penunggang memberontak dan membentuk kelompok Varden. Galbatorix memiliki 3
butir telur naga, yang ia tunggu bertahun-tahun untuk menetas di bawah
kekuasaannya, sehingga 3 orang Penunggang baru akan menjadi anak buahnya.
Sayangnya, salah satu telur berhasil dicuri para Varden.
Ra’zac (Suruhan Raja Galbatorik), makhluk asing berpenampilan bengis tiba di desa carvahall, untuk membunuh penunggah naga yaitu Eragon. Eragon
dan Saphira berhasil menghindari mereka, tetapi kedua Ra’zac menghancurkan
rumah Eragon dan membunuh Pamanya. Eragon bersumpah akan mencari dan membunuh
Ra’zac.
Bersama brom, pendongeng Carvahall, Eragon dan Saphira menuju selatan untuk
bergabung dengan kaum Varden. Selama perjalanan, Eragon belajar bertarung dan
menggunakan sihir.. Brom memberinya pedang merah bernama Zar’roc, yang dulu
merupakan pedang Penunggang Naga, walaupun si pendongeng itu tidak mau
mengatakan bagaimana ia bisa memperolehnya.
Mereka pun mengunjungi kota Teirm, membeli perbekalan. Eragon diramali oleh
ahli tanaman obat, Angela bahwa peperangan dekat di depan mata.
Lewat mimpinya Eragon mengetahui bahwa Arya berada di Gil’ead, dengan
segenap keberanian ia berniat untuk membebaskan Arya. Eragon bertemu dengan
Shade, ketika Shade hendak membunuh Eragon, Brom datang untuk menyelamatkan Eragon
dan ia pun terkena tusukan dari pedang Shade. Dengan bantuan Murtagh, Eragon
melarikan dri dari penjara sambil membawa Arya dan Brom. Arya telah diracun dan
butuh bantuan medis dari kaum Varden segera. Brom sekarat dan akhirnya
meninggal. Ia dikuburkan dengan sihir oleh Saphira. Eragon dan Saphira pun
mendapati bahwa Brom adalah penunggang pula. Naganya dibunuh oleh Morzan, salah
satu kaum terkutuk.
Dikejar segerombolan Urgal, mereka melarikan diri ke Varden. Sesampainya di
Varden, Eragon memperkenalkan diri kepada Ajihad, pemimpin Varden sebagai
penunggang dan menunjukkan naganya. Arya segera diobati oleh kaum Varden, dan
Murtagh dipenjara, karena keturunan Morzan, yang merupakan kaum terkutuk atau
sekutu Galbatorix. Morzan terbunuh oleh Brom. Murtagh, secara tidak berhasil
meyakinkan bahwa ia mencela perbuatan ayahnya dan meninggalkan Galbatorix untuk
menjalani hidupnya sendiri.
Durza menggalang kekuatan seluruh pasukan Galbatorix untuk menyerang Varden.
Pasukan Galbatorix datang melalui terowongan-terowongan kurcaci. Pertempuran
terjadi. Durza yang sedemikian kuat, dengan mudah membuat kewalahan Saphira dan
Eragon. Namun akhirnya Eragon mendapatkan saat yang tepat untuk menikam jantung
Durza. Pertarungan pun dimenangi oleh kaum Varden.
Ketika Eragon sadarkan diri, Arya tengah di perjalanan menuju Ellesmera,
ibukota para elf.
Eragon secara telepatis dihubungi sosok yang
menyebut diriinya sebagai Togira Ikonoka-si Cacat yang Utuh. Di akhir buku ini,
Eragon memutuskan bahwa ia akan menemukan Togira Ikonoka ini dan berguru
kepadanya
0 komentar:
Posting Komentar